Senin, 15 November 2010

Story of Bestfriend ^^,


Risti, Via, Nia dan Putri bersahabat sejak kecil. Merekapun bersekolah ditempat yang sama. Sekarang mereka kelas  XI-IPA di SMA Permata Bangsa. Kemana-mana selalu bersama.
Suatu hari di rumah Via, “nak kamu ga boleh terlalu cape ya, ga boleh makan sembarangan. Nanti kamu malah tambah sakit parah” pesan mama Via sebelum berangkat Via berangkat sekolah. “ia ma, aku tau kok” kata Via, “emm, yaudah ma aku berangkat sekolah dulu ya” “ia, hati-hati ya sayang”. Via pun berangkat sekolah. Sesampainya disekolah, Via langsung menuju kelasnya di lantai 2. “hei Put! Kamu itu gimana sih? Jadi basah kan?!!” terdengar suara Nia dengan nada tinggi. “maaf, aku ga sengaja. Lagipula air itu kesenggol si Rio, jadi tumpah.” Kata Putri meminta maaf. “Hei hei, ada apa sih? Pagi-pagi udah rebut aja.” Kata Via setelah sampai kelas. “ini loh Via, si Putri numpahin air ke rok ku.” Jawab Nia. “tapi aku ga sengaja. Tangan aku kesenggol sama Rio” timpa Putri. “aduuhh Nia, si Putri kan ga sengaja, maafin aja lagi” kata Via. “iya Nia, aku minta maaf” kata Putri. “huh, iya iya. Aku maafin kamu Put, tapi lain kali hati-hati ya. Jangan sampai aku ketumpahan air lagi.” Nia pun bersalaman dengan Putri. Tiba-tiba bel masuk berbunyi, anak-anak SMA Permata Bangsa pun langsung masuk ke kelas masing-masing. “eh Put, si Risti kok belum masuk juga ya?” Tanya Via ke Putri. “oh iya, dia belum datang ya?” Tanya Nia lagi. “hem, mungkin telat kali.” Jawab Putri. “tapi si Risti kan ga pernah telat. Apa mungkin ga masuk sekolah ya?” lanjut Nia. “coba liat nanti deh” jawab Putri.
Akhirnya, sampai bel pulang pun Risti tak masuk juga. “eh, apa kita ke rumahnya aja, nanya kenapa dia ga masuk?” usul Via pada sahabatnya Putri dan Nia. “emm, boleh tuh.” Jawab Putri dan Nia bersamaan. Lalu setelah pulang sekolah, mereka bertiga langsung ke rumah Risti. Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di rumah Risti. “assalammu’alaikum” salam Putri di ambang pintu. “Risti…” panggil Nia. Lalu, pintu pun segera di buka oleh pemilik rumah. “ya? Oh, kalian ada apa?” Risti pun terkejut melihat kedatangan sahabat-sahabatnya. “hai Ris, kita kesini cuma mau liat kamu aja. Tadi kenapa ga masuk sekolah?” Via memulai pembicaraa. “oh, oiya masuk yuk. Kita duduk di dalam.” Kata Risti. Merekapun diajak masuk dan duduk di kursi di rumah Risti. “emm, kalian mau minum apa?” Tanya Risti pada sahabatnya. “engga usah Ris. Kita kesini Cuma sebentar kok, Cuma mau nanya aja. Tadi kenapa ga masuk?” Tanya Putri lagi. “emm, ibu aku sakit jadi aku hari ini nemenin dia di rumah sakit. Maaf ya, aku ga bisa nemenin kalian di sekolah tadi.” Jawab Risti. “apa? Ibu kamu sakit? Sakit apa Ris?” Tanya Nia. “emm, sakit… sakit…”Risti terbata-bata. “sakit apa?” Tanya Via. “ibu aku kena serangan jantung. Jadi mendadak kemarin dia langsung dibawa kerumah sakit.” Jawab Risti agak sedih. “ya ampun, serangan jantung? Parah gak?” sahut Putri. “ “aku kurang tau, tapi kata dokter, keadaannya kritis.” Jawab Risti lagi. “Ris, semoga ibunda kamu cepet sembuh ya” Via pun menenangkan Risti. “iya, makasih ya.” Kata Risti. “tapi Ris, besok kamu sekolah kan?” Tanya Nia lagi. “aku gak tau Nia, aku masih mau temenin ibu aku di hospital.” Jawab Risti. “oiya Ris, ayah kamu mana?” Tanya Putri. “ayah aku di rumah sakit, jagain ibu” kata Risti. “kalau begitu kamu sekolah aja besok, biar ayah kamu yang nemenin ibu kamu. Nanti kalo ada kabar terbaru lagi, kamu suruh ayah kamu telfon. Gimana?” usul Putri. “iya tuh, betul. Biar ayah kamu yang nemenin ibu kamu.” Via dan Nia pun setuju dengan usul Putri. “emm, iya deh. Nanti aku bilang aya aku.” Kata Risti. “eh Ris, udah sore nih. Aku pulang dulu ya?..” kata Putri meminta izin pulang. “emm, aku juga ya. Tadi aku belum izin sama ortu aku.” Lanjut Via. “oh, kalian udah mau pulang ya. Yasudah, hati-hati ya.” Risti pun mengantar ketiga sahabatnya sampai depan pintu. “hati-hati ya kalian J” sapa Risti. “iya, Ris. Kita pulang dulu ya.” Dan Putri, Via, Nia pulang dari rumah Risti sambil melambaikan tangan pada Risti. “daahh…”
Esok harinya, Ristipun masuk sekolah. “pagi Ris, akhirnya lu sekolah juga” sapa Nia di sekolah. “iya nih, ayah aku ngizinin buat sekolah” balas Risti. “gimana ibu kamu?” Tanya Via. “masih kritis Vi L” jawab Risti singkat. “moga ibu kamu cepet sembuh ya J” Putri mencoba menghibur. “krriiiinnnnggg… kriiiinggg” bel tanda pelajaran akan dimulai pun berbunyi, murid-murid langsung bersiap-siap mengikuti pelajaran. Begitu juga dengan Nia, Putri, Risti dan juga Via.
Tibalah waktu istirahat, Risti, Via, Putri dan juga Nia langsung ke kantin karna mereka sudah lapar. “eh, pada mau makan apa ni?” Tanya Nia pada sahabatnya. “emm, gimana kalo mie ayam? Pada mau ga?” usul Risti. “ya ya.. boleh juga.” Mereka pun, duduk di meja kantin sambil menunggu mie ayam disajikan oleh bu tayem penjual mie. “eh, sebentar ya aku mau nelpon ayah ku dulu. Mau tanya keadaan ibu.” Kata Risti. “iya, moga ibu kamu membaik ya.” Senyum Via. Lalu Risti pun segera menelpon ayahnya, “halo, assalammu’alaikum ayah. Gimana keadaan ibu?” Tanya Risti. “wa’alaikumsalam nak, emm, ibumu…….” Ayah Risti berhenti dengan katanya. “kenapa ibu,yah? Ibu tambah membaik kan?” Tanya Risti lagi. “nak, kondisi ibumu masih parah. Dokter tak yakin bisa melanjutkan perawatan untuk ibu.” Jawab ayahnya dari seberang telepon. “apa? L ayah? Ibu bakal sembuh lagi kan” sahut Risti. “mudah-mudahan saja. Kamu berdo’a saja ya nak.” Kata ayah dan langsung mematikan dialing nya. “baik ayah, aku akan terus berdo’a supaya ibu cepet sembuh” kata Risti dalam hati. “Ris, gimana kata ayah mu?” Tanya Via. “kata ayah, ibuku tambah parah :’(.” Jawab Risti singkat. “astaghfirullahal’aziim, sabar ya Ris. Kita akan berdo’a buat kesembuhan ibu kamu. Iya kan sobat?” kata Nia seraya memberi support ke Risti. Tak lama kemudian mie ayam yang mereka pesan sudah berada di atas meja kantin yang mere tempati. Dengan cepat mereka langsung menyantap mie ayam yang merea pesan. Waaw, ternyata mereka benar-benar lapar yaa.
Akhirnya tiba juga waktu pulang, Risti langsung buru-buru pulang kerumah untuk ganti baju dan berniat ke rumah sakit menjenguk ibunya. Namun sewaktu sampai di depan komplek rumahnya, Risti melihat ada bendera kuning di tiang depan komplek. “inna ilaihi wa inna lillahi roji’un, siapa yang meninggal ya?” gumam Risti dalam hati.
“hei Risti udah pulang duluan ya?” Tanya Nia pada sahabatnya. “iya, katanya mau buru-buru kerumah buat ganti baju dan setelah itu mau jenguk ibunya.” Jelas Putri. “eh, kita kerumahnya Risti yuk. Kita ikut jenguk ibunya. Gimana?” ajak Via. “boleh tuh. Ayoo”. Mereka bertiga pun menuju rumah Risti.
“kok dirumah ku banyak orang ya?” Tanya Risti pada dirinya sendiri. “ada bendera kuning di gerbang?” Risti bertanya-tanya. Dia kaget, dia berfikir apa ibunya yang meninggal?.. secepatnya Risti pun berlari menuju rumahnya. Dilihat ayahnya menangis di dalam rumah, dan orang-orang disekitarpun ikut menangis. Dengan jalan agak pelan dan merinding serta penasaran, Risti pun masuk kerumah dan menuju ka arah ayahnya. Tiba-tiba Risti menghentikan langkahnya, dilihat di depan rumah terdapan seseorang yang seluruh tubuhnya ditutupi kain berwarna coklat. “yah, siapa yang meninggal?” tany Risti dengan rasa merinding melihat maya itu. Apa benar dugaannya, bahwa jenazah itu adalah ibunya. “nak, hiks.. ka.. kamu yang sabar ya.” Kata ayahnya sambil menangis. “ayah? Siapa yang meninggal? Ibu siapa yang nemenin?” kata Risti heran. “nak, sabar ya.. ibu….” Lagi lagi sang ayah menghentikan katanya. “yah, ibu kenapa?” kali ini Risti benar-benar sangat heran dengan apa yang ia alami saat ini. “ibumu… ibumu sudah menghadap ilahi.” Ayahnya berkata sambil menangis. Secepat kilat pun Risti langsung jatuh dan duduk di lantai sambil menangis. “ayah, ayah bohong kan? Ibu ga mungkin meninggal. Ibu pasti kuat untuk melawan penyakitnya.” Risti tidak bisa menahan nangis dan hampir pingsan. Lalu ia membuka lain yang menutupi kepala jenazah tersebut untuk memaastikan, apa benar itu ibunya. “IBUUU……. Ibu… kenapa ibu ninggalin aku? Ibuu…” teriak Risti setelah melihat jenazah itu. Sang ayah pun mencoba menenangkan dia.
“eh Vi, kok di rumahnya Risti rame ya? Trus ada bendera kuning pula. Siapa yang meninggal?” Tanya Puri pada Via. “iya ya, tadi juga di depan komplek gue liat bendera kuning.” Kata Via. “eh, jangan-jangan ibunya Risti lagi?” sahut Nia. “hus!! Lu itu kalo ngomong jangan sembarangan!” bentak Putri. “yee, kan gue cuma berpendapat!” balas Nia. “eh, udah udah. Mending kita masuk aja” ajak Via. Mereka pun masuk kerumah Via. Dari dalam rumah terdengar suara orang menangis, dan juga terdengar Risti yang menangis sangat iba. “inna ilaihi wa inna lillahi roji’un” kata Via,Nia dan Putri secara bersamaan. Mereka bertiga melihat ibunda Risti tertutupi kain coklat. Dengan cepat, mereka ikut duduk di dekat Risti dan mencoba untuk menenangkannya.
Akhirnya jenazah ibunda Ristipun terkubur dengan tenang. Risti masih saja duduk didekat makam ibunya sedang semua orang sudah kembali kerumah masing-masing. “bu.. aku belum bisa memberi apa-apa ke ibu. Aku belum nunjukin hal terbaikku pada ibu. Tapi kenapa ibu sudah meninggalkan aku? Aku belum bisa hidup mandiri bu..” gumam Risti dalam hati. “Risti, ayo kita pulang nak. Istirahat, besok kamu kan kesekolah.” Kata ayahnya membuyarkan pikirin Risti. “yah, aku masih mau disini. Besok aku boleh gamasuk sekolah kan? Sehari aja pa.” sahut Risti. “kamu ga boleh begitu Ris, kalo kamu mau bolos, nanti ibu kamu bisa sedih disana.” Jawab ayahnya. Ristipun mengangguk, dan akhirnya Risti dan ayahnya kembali ke rumah. Sampai dirumah, Risti langsung masuk kamar dan menangis. “bu, ibu tega sama aku! Kenapa ibu ninggalin aku? Aku masih mau manja sama ibu. Aku masih mau deket sama ibu.”
Esok harinya Ristipun kembali masuk sekolah. “pagi Ris, kita turut berduka cita atas meninggalnya ibu kamu.” Sapa sahabatnya. “iya, makasih ya. Gue harap ga akan ada lagi orang yang gue sayang pergi ninggalin gue.” Balas Risti. “moga aja ya Ris. Dan semoga gue ga nyusul ibu lu dgn cepat.” Bisik Via dalam hati. Bel pelajaranpun dimulai. Anak-anak pun mengikuti pelajaran dengan tenang.
“eh, kira-kira nanti olahraga apa ya?” Tanya Nia sewaktu jam olahraga. “gatau deh. Ntar aja liat” jawab Putri. Kemudian, Pa Ahmad guru olahraga datang. “anak-anak, sekarang adalah pengambilan nilai lari. Kalian harus lari sejauh 3 km.” kata Pa Ahmad kemudian. “hah? Lari sejauh 3 km pa? yang bener aja?” protes Nia. “kalo kamu tidak mau ya tidak usah dapat nilai.” Keras Pa Ahmad. Nia hanya menunduk saja dan kesal. “lari 3 km? aku sanggup gak ya? Huft, mudah-mudahan aku kuat. Wahai penyakitku, kumohon jangan kambuh hari ini..” kata Via membatin. Lalu, anak-anak pun lari sejauh 3 km.
Tapi, saat ditengah jalan Via merasa dadanya sesak. Dan diapun tidak kuat lari. “ya allah, aku mohon kuatkan aku untuk lari.” Do’a Via. Tapi, saat hampir tiba ditempat finish. Via menghentikan larinya. Karna dadanya sudah sangat sesak. Akhirnya, dia pingsan. Dan untungnya salah satu murid melihat Via pingsan, murid itu memanggil Pa Ahmad, kemudian membawa Via ke ruang UKS. “Vi, Via.. bangun.. lu kenapa?” teman-teman Via mencoba membangunkan Via. Beberapa menit kemudian Via tersadar. Risti langsung memberinya teh hangat. “Vi, lu kenapa? Kok bisa pingsan?” Tanya Nia membuka pembicaraan. “ gue ga apa-apa kok, Cuma tadi kecapean doang.” Jawab Via. “benar ga apa-apa?” Putri mencoba menanya lagi. “benar kok, ga usah khawatir. J” lanjut Via.
Via pun dipersilahkan tidak melanjutkan pelajaran dan kembali kerumah. “Via, kok kamu cepet pulang?” Tanya ibunya sewaktu Via sampai dirumah. “maaf ma, tadi Via pingsan. Via ga kuat lari 3 km.” jawab Via melemes. “ya ampun nak. Mama kan udah bilang kamu gaboleh cape. Yaudah, ayo ke kamar. Kamu istirahat gih.” Tegas mamanya. Via pun istirahat dikamarnya.
Seminggu kemudian, “pagi semua…. Eh, hari ini kita jalan yuk” sapa Nia. “pagi Ni, mau jalan kemana?” Tanya Putri. “emm, kita ke T.A gimana?” usul Nia. “boleh tuh” jawab Putri dan Risti berbarengan. “Vi, gimana setuju ga?” Tanya Nia pada Via yang dari tadi hanya terdiam. “hah? Emm, aku sih setuju-setuju aja. Tapi, aku gaboleh ikut. Aku ga boleh kecapean.” Jawab Via. “ga ikut? Ga boleh kecapean? Emang lu kenapa? Lu ada penyakit ya?” Tanya Nia bertubi-tubi. “ya, aku ga ikut aja. Aku ga boleh kecapean.” Jawab Via singkat. “ya tapi kenapa? Lu cerita aja ke kita. Emang kenapa lu ga boleh kecapean?” Tanya Nia lagi. “a.. aku… aku ga apa-apa. Cuma ga boleh kecapean” jawab Via dan lagi-lagi jawaban itu kurang memuaskan untuk ketiga sahabatnya. “yasudah, kalo kamu ga mau cerita.” lanjut Nia pasrah. “maaf ya, aku gabisa nemenin kalian.” Balas Via.
“eh, gue pulang duluan ya…” kata Via pada sahabatnya sewaktu bel pulang berbunyi. “lho? Buru-buru amat Vi?” Tanya Putri. “iya nih, mama nyuruh aku buru-buru pulang.” Jawab Via. “yaudah, hati-hati ya Vi…” sahut Risti. Pulang sekolah Risti, Putri dan Nia pergi ke Taman Anggrek. Tapi, baru sampai di koridor Nia menghentikan langkahnya. “eh eh, itu bukannya si Via ya?” Tanya Nia sambil menunjuk kea rah gerbang sekolah. “Via? Mana?” Ristipun bertanya balik. “itu loh, yang bareng Aldi. Itu..itu..” tunjuk Nia. “eh iya, itu Via. Lho, bukannya dia mau buru-buru pulang?” ungkap Putri. “iya, dia mau buru-buru pulang buat ketemu si Aldi ! huh, dasar! Katanya gaboleh kecapean, tapi malah jalan bareng Aldi. Oh gue tau, dia ga mau jalan sama kita karna mau jalan sama Aldi!! Huh .” kata Nia dengan nada agak marah.
“hei, gaboleh salah sangka dulu. Siapa tau aja dia emang pulang bareng sama Aldi.” Putri mencoba menenangkan Nia. “ga mungkin!! Gue yakin, dia itu ga mau jalan sama kita karma dia mau jalan sama Aldi!” Nia pun sudah tidak bisa lagi meredam amarahnya. Ya, Nia sudah lama suka dengan Aldi. Tapi, dia tidak pernah mengungkapkan rasa itu kepada Aldi maupun sahabatnya sendiri. Menurut dia, dia lebih suka menyimpan perasaan itu sendiri ketimbang diceritakan. “ooy, udahlah! Besok kita Tanya aja kebenarannya sama Via. Ayo kita ke T.A !” lerai Risti.
Esok harinya, pagi-pagi sahabat-sahabat Via menunggu Via di depan kelas untuk menanyakan hal kemarin. Tak lama kemudian Via datang. “pagi Via cantiiikk…. Kemarin pulang cepet gimana? Ketemu sama mama atau sama orang lain?” Nia membuka pembicaraan. “maksudnya apa? Haduh, aku baru datang udah ditanyain hal aneh.” Jawab Via. “hal aneh kata lo? Gue rasa itu ga aneh bagi orang munafik kaya lo!!” balas Nia. “maksud kamu apa sih Nia? Kamu jangan suka ngatain orang kaya gitu dong!” lanjut Via. “hallah, lo itu bego atau pura-pura gatau sih?” bentak Nia dengan nada marah. “heh Nia. Aku benar-benar gatau maksud kamu apa ya!! Dan jangan pernah ngatain aku munafik!!” jelas Via dgn sedikit emosi. “emang lo munafik!” lanjut Nia. “ooyy, udah dong jangan berantem!! Gini lho Vi, kemaren waktu kita mau ke T.A, kita liat kamu jalan sama Aldi. Nah, kemaren kan kamu bilang mau buru-buru pulang disuruh mama kamu. Tapi kita liat kamu malah bareng sama Aldi.” Ungkap Putri. “terus si Nia marah, dia bilang kamu itu ga mau jalan sama kita karma kamu mau jalan sama Alsi. Betul ga sih?” lanjut Risti pada Via. “oh, kemaren! Yaudah biasa aja dong Ni ngomongnya. Kemaren itu aku……..” “kriiiiiiiinnngg…..krinnggg…” tanda bel masuk bunyi. “udah deh, gue ga perlu denger omongan lo! Apaan tuh, bilang ga boleh kecapean tapi jalan bareng Aldi!!” belum sempat Via memberi penjelasan, sahabat-sahabatnya langsung meninggalkan dia di depan kelas.
Saat istirahat pun Via dijauhi oleh sahabat-sahabatnya. Begitu juga hari berikutnya, walaupun Via sudah mencoba untuk memberi penjelasan antara dia dan Aldi namun, sahabatnya tetap menyuekinya.
“Ni, Nia.. gue bisa kasih tau antara gue dan Aldi.!” Kata Via saat bertemu di koridor. “udah deh Vi, gue udah tau semuanya. Aldi itu suka sama lo kan!! Asal lo tau aja ya Vi, gue itu udah suka sama Aldi sejak lama! Lo gabisa hargai perasaan gue tau ga!!” bentak Nia pada Via. Lalu, ia meninggalkan Via. “kenapa sih lug a pernah mau dengerin penjelasan gue Ni?.” Teriak Via dari belakang, namun teman-temannya mengabaikan dia.

Seminggu pun berlalu, teman-teman Via tetap saja mengacuhkan Via. Esok harinya Via ga masuk sekolah. “eh Put, kok si Via ga masuk ya?” Tanya Risti. “ah udahlah, ngapain orang munafik kayak gitu di tanyain.!” Timpa Nia. “gatau deh Ris, eh Nia! Lu ga boleh gitu, biar gimanapun dia itu sahabat kita sejak kecil.” Jelas Putri pada sahabatnya. “betul kata Putri. Kira-kira kenapa dia ga sekolah ya?” sahut Risti. “palingan males ketemu kita!” sahut Nia. “gatau deh” lanjut Putri. Esok harinya pun Via tetap ga masuk. “eh, udah dua hari si Via ga masuk. Kita kerumahnya yuk” usul Putri. “ah elah, males gue. Palingan juga sakit biasa. Kita liat aja besok.” Kata Nia.
Empat hari pun berlalu, namun Via belum juga masuk. “eh, gue khawatir nih sama Via. Kita jenguk yuk. Siapa tau aja dia sakit.” Risti mengidekan. “lo pada ga usah khawatir ama dia. Kalau dia sakit parah, pasti mamanya nelpon kita.” Bantah Nia. Lagi-lagi mereka tidak jadi menjenguk Via.
“aaaaaa……” teriak Risti dari dalam kamar. “Ris, ada apa? Pagi-pagi kok sudah teriak?” kata ayahnya yg langsung ke kamar Risti. “hem? Ga apa-apa kok pa. Risti Cuma mimpi buruk aja tadi.” Jawab Risti. “kamu itu ada-ada saja, mimpi kok sampai teriak gitu. Yasudah mandi sana, biar cepet berangkat sekolah.” Lanjut ayahnya. Ayah Risti pun keluar dari kamar Risti. “ya allah, itu mimpi yang aneh. Semoga aja mimpi itu ga bakal kejadian!! Ya, hari ini aku harus menjenguk Via. Aku ga mau orang yang kusayang pergi” Gumam Risti.
Saat bel pulang, Risti mengajak sahabat-sahabatnya menjenguk Via. “eh sobat, udah hamper seminggu Via ga masuk. Kita jenguk yuk..”. “ah, lo aja sana! Gue males ketemu orang kayak dia.” Jawab Nia. “eh Ni, lo jangan gitu dong!! Oke, kalau lo ga mau jenguk dia, it’s ok! Gue bakal jenguk dia hari ini.” Jelas Risti, dia pun langsung pulang untuk menjenguk Via. “tu..tunggu Ris. Gue ikut lu. Gue juga mau jenguk sahabat gue!” Putri memanggil Risti. Dan juga, “ooy, tunggu gue deh. Iya iya, gue juga mau ikut jenguk Via!” kata Nia sambil mengikuti langkah Putri dan Risti.
Sesampai didepan komplek rumah Via, Risti melihat ada bendera kuning di tiang komplek. “ya allah, siapa yang meninggal” kata Risti. “iya tuh. Kok ada bendera kuning ya?” sahut Putri. “ah palingan orang komplek sini.” Tambah Nia. Merekapun melanjutkan perjalanan ke rumah Via. “ya allah, mudah-mudahan bukan Via yang meninggal, seperti dalam mimpi ku itu.” Kata Risti membatin.





Akhirnya mereka hamper sampai di rumah Via. Namun, didepan rumah Via banyak orang dan………… “bendera kuning?” teriak Risti. Secepat kilat Risti berlari kerumah Via untuk melihat siapa yang meninggal di rumah Via. “ya allah, semoga bukan dia yang meninggal, aku gak mau orang-orang yang kusayang pergi begitu cepat meninggalkan ku.” Gumam Risti dalam hati. Risti pun sampai terlebih dulu di rumah Via. Disusul Putrid an Nia. Mereka bertiga masuk kerumah Via, dan melihat semua orang menangis begitu juga ibunda Via. Tapi mana Via? Itu yang ditanyakan oleh mereka bertiga. “tante, siapa yang meninggal? Via mana?” salam Risti. “oh kamu Ris, Vi… Via…” tante Ratna (mamanya Via) menjawab terbata-bata. “assalamu’alaikum tante.. siapa yang meninggal?” kali ini Nia yang bertanya. “yang meninggal………..” tante Ratna pun menghentikan pembicaraannya. “tan? Via mana? Siapa yang meninggal” Putri pun ikut bertanya. “huhuhu…. Yang dibalik kain coklat ini adalah Via..” jawab tanter Ratna sambil menangis. “APAAA?” kata sahabat Via secara bersamaan. “tante, kenapa Via? Via ga mungkin meninggal kan?” Risti pun menangis dan tersungkur di hadapan alm. Via. “kalian yang tabah ya Nak. Via sudah tidak kuat lagi menunggu kalian. Dia hanya menittip salam buat kalian.” Jelas tante Ratna. “menunggu kita? Maksud tante apa?” Tanya Putri heran. “sebenarnya dia kena penyakit kanker hati. Tapi dia sengaja menyembunyikannya. Seminggu yang lalu, dia merasakan sakit yang luar biasa. Kata dokter, waktu dia tidak akan lama lagi. Tapi, Via tidak yakin. Dia terus berusaha bertahan sampai kalian menjenguknya. Namun takdir berkat lain. Impian terakhirnya adalah bisa melihat tangis kalian sebelum dia meninggalkan kalian.” Cerita Tante Ratna. “tante kenapa tidak bilang sama kita? Kalau tante bilang, kita pasti akan menjenguk dia.” Tegas Nia sambil mengeluarkan air mata. “tante sudah bilang ke Via untuk menghubungi kalian. Tapi, Via tidak mengizinkan. Dia bilang kalian sedang berantam dengan Via.” Lanjut tante Ratna.
Jasad Via pun disemayamkan di makam yang tidak jauh dari rumah Via. Keluarga, sahabat dan orang-orang yang menyayangi Via pun menangis histeris saat meliat Via dikubur. “Viiaaa…. Kenapa kamu juga ikut menyusul ibu ku? Kenapa? Kenapa ya allah? Kenapa orang-orang yang kusayang pergi begitu cepat?” teriak Risti sambil menangis. Putri dan Nia mencoba untuk menenangkan Risti. “nia, ini ada titipan surat dari Via. Dia ingin ibu memberikan surat ini padamu.” Kata tante Ratna sambil memberikan sepucuk surat pada Nia.





Dear My bestFriends,
       
Hai, apa kabar? Aku baik-baik saja lho J. Oh iya, maaf ya, mungkin sewaktu kalian baca suratku, aku sudah tidak bisa menemani kalian lagi. Oh iya, aku minta maaf sama kamu, Nia. Aku ga bermaksud mengambil orang yang kamu suka yaitu Aldi. Aku hanya ingin membantu Aldi untuk mendekati kamu. Minggu lalu, aku memang benar-benar disuruh pulang cepat oleh mama. Tapi sewaktu keluar kelas, Aldi memanggilku dan meminta bantuan supaya bisa mendekati kamu. Kamu tau ga? Aldi juga suka sama kamu lho ;)
Juga buat Putri dan Risti. Ris, maaf ya, aku nyusul ibu kamu. Aku janji kok, akan menyampaikan salam kamu untuk ibu kamu. Putri, maaf ya kalo aku pernah ninggalin kamu sewaktu ke T.A. Untuk my best friends, aku minta maaf ga bisa ngasih tau penyakit yang ku alami pada kalian. Aku takut kalian akan menjauhi ku dan meninggalkan aku setelah tau penyakitku. Oh iya, bukan hanya Nia yang suka sama Aldi. Sebenarnya aku juga suka sama Aldi, tapi karna aku tau umurku tak akan lama lagi. Dan karna aku juga tau Nia suka sama Aldi. Aku berusaha membuang rasa sukaku untuk sahabat ku yang tercinta. Maaf ya. Nia, tolong jaga Aldi ya. Dia suka kamu lho J.
Eh, udah dulu yaa.. aku gak kuat nahan nangis nih. Sebenarnya aku takut ninggalin sahabat kayak kalian, tapi namanya takdir mau gimana lagi kan? J.
I LOVE YOU, MY BEST FRIENDS     .




Love,
 Via

       


        “Viaa…… ini ga mungkin! Gue minta maaf Vi, maaf selama ini gue ga pernah mau denger penjelasan lo! Viiaaa… huhuhuhu……” teriak Nia di batu nisan yang bertuliskan ‘Via binti Abdullah’ . “udahlah Ni, semua udah berlalu kamu yang sabar ya” elus Putri. “kenapa aku sebodoh ini. Harusnya kemarin-kemarin aku dengerin penjelasan kamu Via.” Nia masih saja menyalahkan dirinya sendiri. “ya allah, kenapa Engkau ambil Via? Sudah cukup Kau ambil ibu ku, tapi kenapa Via juga diambil Ya Rabb?” sahut Risti dalam hati sembari mengeluarkan air mata.
        “Nia, kamu yang sabar ya. Kini Via sudah tenang di alam sana.” Tiba-tiba ada suara yang tidak asing lagi bagi Nia. Suara itu terdengar dibelakang Nia. “Al.. Aldi? Kenapa kamu ada disini?” Tanya Nia heran. “lho? Memangnya aku ga boleh disini ya? Sebenernya dari kemarin aku udah menjenguk Via dirumah. Aku ingin tau kenapa dia ga masuk. Eh Nia, Via itu orang yang baik lho…. Dia orang yang mau mengalah demi sahabatnya sekalipun mengalah soal cinta” jawab Aldi. “Aldi… aku minta maaf, aku egois. Maafin aku.” Rintih Nia. “lho? Kenapa kamu minta maaf sama aku? Seharusnya sama Via dong.” Kata Aldi. “yasudah, hari sudah sore. Lebih baik kita pulang.” Ajak Aldi. Lalu Risti, Putri dan Nia pun mengikuti Aldi. Aldi menggandeng tangan Nia. “kini aku tau arti sahabat sesungguhnya setelah kau pergi Via. Aku tau, seharusnya aku, Putri dan juga Nia harus mendengar penjelasan kamu kemarin-kemarin. Dan kenapa kamu tidak memberitahu kita tentang penyakitmu. Aku minta maaf Via. Aku sangat menyesal.” Batin Risti selama perjalanan pulang.
        Esok harinya disekolah, “hai Nia. Apa kabar?” Tanya Putri. “hai Putr, ga sebaik yang kamu kira.” Jawab Nia. “kita semua terpuruk atas hilangnya Via, sahabat kita dari kecil.” Sambung Putri. “ya, andai waktu dapat diulang aku akan mengubah jalannya takdir ini.” Sahut Nia. “tapi, waktu tidak dapat kita hentikan ataupun kita ulang lagi.” Lanjut Risti. “iya, sekarang kita harus menjalani hari-hari lagi tanpa sahabat kita. Merekapun berpelukan bersama sampai ada yang meneteskan air mata mengenang kepergian Via.
        “sahabat, bukanlah hal yang disepelekan apalagi sahabat dari kecil. Sahabat adalah orang yang sangat berarti bagi hidupku. Sahabat adalah orang yang paling special. Sahabat adalah orang yang selalu ada menemani, menghibur diri kita. Via, aku rindu sama kamu. Aku kangen sama kamu. Semoga kamu dapat mereasakan hal yang sama di alam sana. Dan semoga kamu bisa menjadi awan yang indah di pagi hari dan bintang yang indah di malam hari. Love You, My Best Friend.” Kenang Risti dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar